Bemo Sedang Mangkal |
Pada masa pemerintahan Zuiyen Rais, bemo pernah dilakukan
peremajaan. Tetapi semenjak Fauzi Bahar menjabat menggantikan Zuiyen Rais,
keberadaan bemo seakan-akan dibiarkan dan tidak perhatian khusus baik dari
Dinas Perhubungan yang menangani bidang transportasi. Lahan untuk mangkal bemo
sudah dijadikan relokasi pedagang kaki lima akibat penggusuran karena
pembangunan pasar secara besar-besaran.
Rambun(60) yang masih setia menjadi supir bemo mengeluhkan hal
ini. Pria parubaya yang biasa mangkal dibelakang bioskop Raya ini sangat
prihatin dengan kondisi bemo yang semakin langka dan tidak ada perhatian dari
pemerintah. Walau sebahagian besar teman-teman sesama supir bemo lebih memilih
mengandangkan bemonya, akibat besarnya biaya untuk perbaiki kerusakan, ditambah
dengan masyarakat tidak lagi melirik angkutan yang berasal dari India ini.
Sekitar 40 bemo terpaksa tidak beroperasi karena kerusakan dan sepi penumpang
serta susahnya orang menjual dan tempat memperbaiki bemo.
Rambun, pria asal Pariaman ini mengaku harus mengeluarkan uang
banyak dan susahnya mendapatkan onderdil dan tenaga perbaikan dikota Padang.
"Onderdilnya ada kok menjualnya di Padang tetapi tidak lengkap, kadang
harus dikirim dari Jakarta. Tidak ada bengkel resmi atau pun bengkel yang bisa
memperbaikinya, bila rusak saya sendiri yang memperbaiki. Ada teman saya
seorang supir truk, pernah saya tawari memperbaiki, dia tidak bisa dan tidak
mengerti dengan mesi bemo" terang Rambun saat ditemui di Pasar Raya
sembari menunggu penumpangnya menaiki barang bawaanya.
Masyarakat lebih memiliki angkutan yang modern dan bisa
mengantarkan lebih cepat dari bemo, seperti Ojek dan Angkot denga dentuman
musik dan lampu-lampu yang menghiasinya menjadi daya tarik sendiri. Mengenai
angkos, Rambun mengaku sama dengan ongkos angkutan lainnya tetapi beralihnya
gaya hidup masyarakat membuat marasai sebagian besar supir bemo. Ditambah
dengan asap tebal yang dihasil dari pembakaran mesinnya sangat mengganggu udara
segar yang sudah lama didambakan.
Diusia semakin tua ini Rambun mengaku sempat dilarang oleh
anaknya, tetapi bapak yang telah berumur kepala 6 ini tidak bisa meninggalkan
profesi yang telah digelutinya sejak tahun 1971. "Saya bingung bila harus
berdiam dirumah, lebih baik saya menarik bemo walau dengan penghasilan tidak
menentu" bebernya kepada Pers Gelegar. Kini bemo Rambun hanya
melayani penumpang yang menyewa untuk mengangkut barang dagangannya dari pasar.
Biasanya para pemilik warung makan dan restoran yang masih setia memakai
jasanya. "Apabila ada pelanggan menelpon, saya langsung datang kepasar
untuk menjemput dagangannya karena kalau untuk penumpang memang ditiadakan
sejak gempa 2009 lalu" terang rambun lebih lanjut.
Riri(35), mengakui keberadaan bemo mulai langka. "Dulu
memang sering kemana-mana menggunakan jasa bemo, tetapi sejak adanya angkutan
kota dan ditambah wacana pemerintah Busway ,saya tidak lagi menggunakan jasa
bemo. Suara bising dan asap tebal yang dihasilkan sangat mengganggu apalagi
jalannya yang lambat dan tidak bisa menggantarkan ontime" terangnya lebih
lanjut.
Wartawan : Roki